Wednesday, January 03, 2007

Wave of Love

Nyaris setengah enam pagi, bangun n buru-buru sholat subuh. Kayaknya matahari masih meringkuk di peraduannya. Mungkin karena penghujung desember ini begitu dingin sehingga dia enggan untuk memulai rutinitasnya. Selesai sholat, pengennya balik molor lagi, tidur memang aktivitas favorit saat cuaca seperti ini. Tapi kayaknya lebih asyik maen ke greenhouse, pagi-pagi gini pasti banyak pipit yang mengunjungi euphorbia.
Di greenhouse udah ada pembeli, dua orang. Waduh... pagi gini bisnis udah mulai jalan. Mas Budi sibuk ngobrol dengan pelanggan, entah apa yang dibicarakan. Paino, Agung dan Hamid sibuk memindahkan tanaman dari bungkusan kertas koran ke pot berisi media tanam yang telah mereka siapkan. Tanaman dengan panjang daun sekitar 30 cm dilepas perlahan dari gulungan koran berbahasa thai. Dalam satu gulungan ada sekitar empat tanaman. Setelah ditanam di potnya, baru bisa kunikmati postur tanaman ini. Tidak cukup indah bagiku, daunnya hijau kuat dan tumbuh melebar menjauhi batang tubuh. Bentuk daun memanjang seperti daun pandan, namun di bagian tepi daun mundul lekukan-lekukan yang menyerupai gelombang.
"Jenenge opo No?". "Gelombang Cinta, Mas. Iki lagi wae teko soko Thailand, isih seger-seger tur iso nggo kluban hua..ha...ha". "Wong edan!". Namanya memang cukup provokatif, gelombang cinta, dan dihubungkan dengan beberapa percakapan penghobi bunga di kantor, aku baru ngerti ternyata ini tho yang namanya wave of love.
Puluhan pot sudah terisi tanaman yang satu ini, ternyata dua orang pembeli itu sudah menunggu. Dan segera mereka memilih gelombang cinta. Puluhan pot dibeli, dan pundi-pundi rupiah pun mengalir. Satu pot dihargai 35 ribu s.d. 50 ribu rupiah. Entah berapa keuntungan tiap potnya. Nah klo gini ceritanya sih memang layak disebut sebagai gelombang cinta. Cinta banget ama tanaman yang satu ini karena cukup banyak pasarnya sehingga rupiah pun berdatangan. Rupiahnya bakalan bisa buat beliin Sabila dan Sagita boneka dan sepatu, trus puas ngelihatin senyum ceria mereka berdua.
Aku beralih pada si pinky, lady valentine di ujung sana