Thursday, January 18, 2007

Sebuah Pengakuan

Kamis sore kemarin, seorang koruptor berteriak lantang di sebuah station TV. Dia mengaku telah melakukan korupsi sehingga minta agar KPK menangkapnya. Namun KPK masih enggan menangkap karena belum cukup bukti.
Sebuah pengakuan yang luar biasa menurutku. Menurut pengakuannya, dia melakukan semua itu agar para koruptor lainnya juga mau melakukan hal yang sama (bagiku kayaknya tidak mungkin koruptor lainnya mau melakukannya, walaupun aku juga punya harapan yang sama). Menurut pengakuannya, dia takut azab Allah bakal turun di negeri ini, karena tanda-tanda alam sudah banyak terlihat. Air laut tak lagi ramah dengan tsunami dan gelombangnya yang menenggelamkan kapal, angin sudah menjatuhkan pesawat, bumi sudah menggoncang kota-kota, lumpur juga ikutan marah, cuaca jadi tidak karuan (baru kali ini kurasakan panas menyengat selama beberapa hari padahal ini bulan januari yang biasanya hujan mlulu). Dan pada saat azab Allah datang, Dia tidak pandang bulu, semua manusia di negeri ini akan merasakan musibah itu, tak peduli koruptor atu bukan, beriman atau ateis, baik atau buruk, semua akan merasakannya.
Lepas dari apapun motivasinya melakukan pengakuan ini, bagiku tindakan itu adalah hal yang luar biasa terpuji, apalagi niatnya (menurut pengakuannya) adalah untuk menghindarkan jatuhnya azab Allah di negeri ini. Sebuah pengakuan yang bisa membawanya berpindah dari satu keadaan yang buruk menuju keadaan yang lebih baik. Besok 1 muharram, tanggal dimana Rasulullah SAW melakukan Hijrah dari Makkah ke Madinah, menuju ke keadaan yang lebih baik. Si koruptor yang melakukan pengakuan tadi ternyata juga telah mengikuti jejak Rasul, dan aku berharap semoga aku juga bisa berpindah menuju keadaan yang lebih baik.

Wednesday, January 17, 2007

Ternyata belum usai

Rekan-rekan di gedung sebelah meradang. Salah satu bos mereka terancam kena PHK akibat keterlambatan megaproyek yang mereka banggakan. Mereka merasa sudah bekerja keras dengan segala kemampuan, dan saat perusahaan ditimpa masalah, mereka harus dipersalahkan dan dihukum dengan hukuman yang sangat berat... pemecatan atasan yang mereka cintai.
Sebuah tabloid merilis berita bahwa Dirut kami akan memecat tiga orang pejabat tinggi perusahaan gara-gara gonjang-ganjing yang terjadi kemarin. Dan parahnya, isu pemecatan itu lebih dahulu diendus oleh media dibandingkan orang dalam (pekerja). Aku sendiri tidak yakin akan kabar itu, mungkin sang wartawan salah persepsi saat melakukan wawancara dengan Dirut. Tapi yang jelas, gelombang kepanikan dan demotivasi sudah mulai menjamah semangat kerja rekan-rekan di gedung sebelah. Entahlah kayaknya ada kebingungan besar yang terjadi di atas sana. Setelah kemarin mengeluarkan pernyataan "kurang koordinasi", hari ini dirilis berita bahwa akan ada pemecatan terhadap tiga orang pejabat tinggi. Bagiku dua kali sudah Bigbos melakukan bunuh diri, aku takut dia akan kehilangan dukungan dari rekan-rekan di gedung sebelah, dan jika itu terjadi maka efeknya akan luar biasa.
Hari ini saham kami terkoreksi lagi 200 poin, pada level 8350. Siang tadi pekerja yang peduli terhadap perusahaan ini namun tidak mempunyai akses yang cukup terhadap kekuasan, melakukan sholat dhuhur berjama'ah dan doa bersama di masjid kantor. Bukan kerja keras, disiplin, koordinasi dan tetek bengeknya lah yang dapat menyelesaikan masalah ini, aku yakin hanya Tuhan yang dapat menolong kami. Kerja keras, disiplin, koordinasi dst... hanyalah ubo rampe, tapi itulah yang akan dinilai Tuhan sebagai ibadah. Semoga cepat usai.

Tuesday, January 16, 2007

Tuhan Menyelamatkan Kami (Lagi)

Setelah auto rejection di level 7400 hari jum'at minggu lalu, hari senin saham perusahaanku terpaksa di-suspend alias kagak boleh ada transaksi sampai waktu yang belum ditentukan. Semua berita ekonomi mengulas ulah saham kami yang sukses merontokkan IHSG plus membangun sentimen negatif atas saham-saham BUMN lainnya. Senin pagi bigbos tampil di salah satu stasiun TV untuk memberi keterangan kenapa saham kami bisa anjlok seperti itu. Anjloknya saham kami terjadi karena investor tidak puas sebab salah satu megaproyek yang sedang kami bangun tidak dapat selesai tepat pada waktunya alias terlambat. Dan menurut bigbos, keterlambatan itu terjadi karena kurangnya koordinasi . Sebuah jawaban yang menurutku adalah jawaban bunuh diri. Kalau "kurang koordinasi" menjadi alasan, maka sama saja dia berkata bahwa dia sebagai dirut tidak becus dalam mengkoordinasikan anak buahnya. Tugas koordinasi adalah tugas utama seorang dirut layaknya juga presiden, jika dirut atau presiden tak bisa mengkoordinasikan anak buahnya, bagaimana bisa memimpin. Lihat SBY yang bisa dikatakan tidak mampu melawan inelastisitas birokrasi, seberapapun niat besar baik SBY untuk membangun negeri ini, namun saat membentur tembok birokrasi korup dan lamban yang sudah terbangun puluhan tahun, niat baik itu hanya akan membuahkan frustasi berkepanjangan.
Selasa, saham kami mulai ditransaksikan lagi, dan alhamdulillah, ditutup pada level 8550 atau naik 1150. Dan menurutku, Tuhan menyelamatkan kami... sekali lagi.

Friday, January 12, 2007

Enron ?

Hari ini kantor menjadi begitu heboh. Harga saham perusahaan mulai rontok, dan sangat fenomenal, dalam sehari turun sampai 2250 rupiah (23%). Ini sangat keterlaluan. Ada isu yang beredar, ini akan seperti enron karena kecurigaan adanya eks orang perusahaanku yang melakukan pembohongan publik.
Smoga Allah menyelamatkan kami...

Thursday, January 11, 2007

Ihsan

Dalam pemahaman dangkalku, ihsan berarti melakukan ibadah seakan-akan kita melihat Tuhan, dan kalau kita tidak bisa seakan-akan melihat Tuhan, maka yakinkan dalam diri kita bahwa Tuhan melihat kita.
Pagi itu, 31 Desember 2006, cuaca cukup cerah. Kumandang takbir menggema di mana-mana. Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, kulangkahkan kakiku menuju lapangan. Di sana sudah menunggu ratusan orang untuk melakukan sholat bersama. Hewan qurban pun sudah berjajar di sana, 5 ekor sapi dan belasan kambing.
Sejenak ikut mencoba takbir, dari tahun ke tahun aku merasakan suara takbir semakin pelan, tidak sekeras dan bersemangat dahulu kala, dan celakanya menular pada diriku. Mulut seakan enggan meneriakkan takbir. Hhhhh... memang ini adalah tahun yang sangat buruk dalam kehidupan spiritualku.
Selesai sholat, mencoba mendengarkan khotbah. Seorang ustad yang telah kukenal, naik mimbar. Menurutku, dia adalah seorang muda yang luar biasa. Lulusan tehnik kimia UNDIP, tapi memilih pekerjaan lain yang menjadi jalan dekat dengan Tuhan, menjadi guru ngaji gratisan, dan paling paling dapat duit dari jualan kacamata, madu dan ngajar bahasa arab di beberapa sekolahan.
Dia memberikan khotbah yang baru seumur hidup kudengar. Intinya adalah ihsan atau berbuat baik terhadap berbagai pihak. Mulai ihsan kepada Tuhan, kepada Rasul, kepada Ortu, teman, dst.... trus yang terakhir ihsan terhadap binatang (terutama binatang qurban). Mulai dari cara menyeret binatang, dilarang menyeret binatang di bagian tubuh binatang yang tidak biasa buat diseret, misalnya menyeret kambing dengan cara menarik kupingnya. Trus binatang qurban mesti dibahagiakan dahulu sebelum disembelih, misalnya diberi makan yang banyak. Binatang qurban juga mesti disembelih dengan pisau yang super tajam sehingga mempercepat proses kematian dan tidak menyiksa. Saat menyembelih qurban, hendaknya binatang yang masih hidup jangan sampai melihat penyembelihan itu, maka hendaknya berikan hijab (penghalang pandang) saat penyembelihan, karena ternyata binatang juga punya perasaan.
Ada kisah yang menceritakan bahwa ada seorang arab mempunyai bayi yang sangat lucu dan sangat dia cintai. Si Arab juga mempunyai onta yang sedang beranak. Suatu ketika, anak onta sedang berlarian gembira bermain. Dalam keasyikannya bermain, si anak onta menginjak anaknya Si Arab sehingga sang bayi ini mati. Saking marahnya si Arab atas kematian anaknya, dia mengikat ontanya kemudian dia menangkap anak onta dan disembelih di depan induknya sebagai wujud balas dendam. Ternyata induk onta tidak kuat melihat penyembelihan itu dan seketika induk onta itu juga mati mengikuti anaknya.
Begitu indahnya Islam dalam mengajarkan berbuat baik kepada siapa saja, dan kenapa sekarang kita merusaknya? Andaikan semua orang ihsan.

Wednesday, January 03, 2007

Wave of Love

Nyaris setengah enam pagi, bangun n buru-buru sholat subuh. Kayaknya matahari masih meringkuk di peraduannya. Mungkin karena penghujung desember ini begitu dingin sehingga dia enggan untuk memulai rutinitasnya. Selesai sholat, pengennya balik molor lagi, tidur memang aktivitas favorit saat cuaca seperti ini. Tapi kayaknya lebih asyik maen ke greenhouse, pagi-pagi gini pasti banyak pipit yang mengunjungi euphorbia.
Di greenhouse udah ada pembeli, dua orang. Waduh... pagi gini bisnis udah mulai jalan. Mas Budi sibuk ngobrol dengan pelanggan, entah apa yang dibicarakan. Paino, Agung dan Hamid sibuk memindahkan tanaman dari bungkusan kertas koran ke pot berisi media tanam yang telah mereka siapkan. Tanaman dengan panjang daun sekitar 30 cm dilepas perlahan dari gulungan koran berbahasa thai. Dalam satu gulungan ada sekitar empat tanaman. Setelah ditanam di potnya, baru bisa kunikmati postur tanaman ini. Tidak cukup indah bagiku, daunnya hijau kuat dan tumbuh melebar menjauhi batang tubuh. Bentuk daun memanjang seperti daun pandan, namun di bagian tepi daun mundul lekukan-lekukan yang menyerupai gelombang.
"Jenenge opo No?". "Gelombang Cinta, Mas. Iki lagi wae teko soko Thailand, isih seger-seger tur iso nggo kluban hua..ha...ha". "Wong edan!". Namanya memang cukup provokatif, gelombang cinta, dan dihubungkan dengan beberapa percakapan penghobi bunga di kantor, aku baru ngerti ternyata ini tho yang namanya wave of love.
Puluhan pot sudah terisi tanaman yang satu ini, ternyata dua orang pembeli itu sudah menunggu. Dan segera mereka memilih gelombang cinta. Puluhan pot dibeli, dan pundi-pundi rupiah pun mengalir. Satu pot dihargai 35 ribu s.d. 50 ribu rupiah. Entah berapa keuntungan tiap potnya. Nah klo gini ceritanya sih memang layak disebut sebagai gelombang cinta. Cinta banget ama tanaman yang satu ini karena cukup banyak pasarnya sehingga rupiah pun berdatangan. Rupiahnya bakalan bisa buat beliin Sabila dan Sagita boneka dan sepatu, trus puas ngelihatin senyum ceria mereka berdua.
Aku beralih pada si pinky, lady valentine di ujung sana

Tuesday, January 02, 2007

Pulkam

Jum'at akhir 2006 16.30 aku masih terjebak hujan di kantor. Argo Muria berangkat 16.45. Awalnya aku pede aja untuk berangkat mepet-mepet, paling ngojek dari kantor ke gambir gak sampe 10 menit. Tuhan berkehendak lain, hujan yang sebenarnya sudah mereda, mendadak datang lagi dan bisa dikatakan lumayan banyak airnya. Seolah peramal cuaca, kayaknya hujan yang ini bakalan lama. Dan terpaksa hujan-hujanan sebentar untuk dapetin taksi. "Gambir, Agak buruan ya Pak !". Dan apes, kayaknya sopir baru, mo nyalip aja ati-ati banget, jalannya ya gitu, bikin tegang bukan karena kenceng tapi saking lambatnya sehingga takut ketinggalan kereta.
16.40 aku masih berkutat di harmoni, perempatan yang satu ini nyebelin banget, udah gitu lama banget merahnya. Lima menit kemudian aku baru bisa sampai di Medan Merdeka Barat. "Yo wis lah, Serahkan semuanya pada Sang Penguasa Waktu", pikirku karena udah gak bisa ngapa-ngapain lagi.
16.50 nyampe di gerbang gambir, kubayar taksi dan segera berlari. "Muria udah berangkat Pak?". "Lari aja Mas jalur 2, sebentar lagi berangkat" jawabnya. Segera lari sambil nabrak-nabrak... nyampe deh. Kereta masih terparkir rapi. Jam di stasiun sudah menunjukkan pukul 17.00. Untunglah kereta di negeri ini selalu terlambat, jadi aku gak ketinggalan. Lima menit kemudia kereta berangkat. Kubaca sebuah artikel tentang perburuan emas, national geographic edisi sebulan yang lalu yang belum sempat kubaca, padahal udah ada edisi yang lebih baru. Trus kusambung nyelesaian Daughter of God (menurutku novel ini jelek banget). Trus molor. Tahu-tahu udah mo nyampe semarang.
23.36 nyampe di Tawang, udah dijemput mas Budi. Perut laper... ngajak makan di simpang lima. Setelah pilah-pilih, akhirnya diputuskan makan di Warung Gudeg Gama. Pesen nasi gudeg ama krecek, trus pake ayam goreng ama telur, plus koyoran satu piring, uenak tenan. Susah banget nyari makanan dengan cita rasa seperti ini di jakarta. Kenyang trus pulang. Nyaris jam 01.00 udah nyampe rumah. Mas Wawan membukakan pintu untukku, wajah letih itu terlihat jelas, dan gak nyampe semenit, dia udah molor lagi. Aku masih sempat sholat jama' qashar sebelum akhirnya ikut molor.
Esok pagi, aku akan menikmati indahnya tiara, lady valentine, wave of love dan kawan-kawanya