Wednesday, November 23, 2005

Saintifik Adam

Kemarin setelah Timnas Seagames berhasil menahan imbang Myanmar 0-0, nonton canel nasional geografi, sebuah tayangan dokumenter tentang siapa sebenarnya Adam. Awalnya cukup menarik. Sebuah tim ahli genetik melakukan kajian tentang kromosom Y pada gen pria di seluruh dunia. Yang pada akhirnya menunjukkan bahwa semua manusia sekarang ini adalah keturunan seorang lelaki yang hidup sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Sebuah studi menyimpulkan bahwa lokasi eden ada di Afrika Timur (Kenya atau Eithiopia), dan smakin jauh, para ilmuwan itu menyimpulkan semakin jauh dari agama, bahwa Adam bukanlah manusia yang pertama, tapi dia adalah manusia cerdas pertama yang terampil menggunakan alat dan bahasa. Dengan kecerdasannya itu, dia bisa menarik perhatian para wanita dan menyingkirkan lelaki saingannya. Sehingga keturunan lelaki lain menjadi musnah dan keturunan Adam semakin banyak. Ditambah lingkungan yang cukup ganas mengakibatkan hanya manusia yang menguasai bahasa dengan baik yang dapat tetap hidup berkelompok dan mempertahankan diri dari ganasnya alam. Sementara manusia lain akan punah. Dan kecerdasan berbahasa yang sangat dibutuhkan untuk hidup berkelompok hanya dimiliki oleh Adam dan keturunannya.Entahlah...kayaknya gak sesuai dengan keyakinanku.

Yang kutahu Adam adalah manusia pertama dan memang pandai berbahasa, bahkan malaikatpun mengakui kemahiran Adam dalam berbahasa. Dia turun di bumi dan ketemu dengan Hawa di Arafah dan kemungkinan membina peradaban di sekitar situ. Adam bukanlah pemburu sejati. Kemungkinan besar dia adalah peternak dan petani yang pandai. Terbukti anaknya Habil adalah peternak (gembala) dan Qabil adalah petani (ingat waktu mereka berkorban). Dan dia tidak berusaha mengalahkan kromosom Y milik laki-laki lain.

Memang agak beda konsep Genetika dalam sains dan agama. Sayang para ilmuwan itu tidak mempelajari cara Rasulullah SAW mewariskan nama keluarga atau mencari silsilah anak Yesus dengan Maria Magdalena. Mungkin dengan pohon silsilah keluarga yang mereka punya, petunjuk genetis itu mungkin akan semakin jelas dan tidak menyalahi firman Tuhan yang jelas jauh lebih tahu tentang dunia ini dari pada kita.

Sore ini aku pulang, Mas Wawan mau nikah dan segera mewariskan kromosom Y nya.

Tuesday, November 22, 2005

Nikmatnya (Makan) di Rumah

Nasi liwet
Lotek Kangkung
Oblok-oblok
Gule Kepala kambing (khusus buat pa'e)
Tempe Goreng & Bacem
Tahu Isi
Rica-rica Belut Sawah
Panggang Ikan Pari
Kolak Waloh
Es Cendol Gula Jawa
Kerupuk khas dari kampung
Pisang ambon dari kebun samping rumah, sayang mangga arum manis belum matang
Es Soda Gembira (khusus mas wawan ama pa'e)

menjadi begitu nikmat saat keponakan pada maen disekitar kami saat makan, semua gembira, semua bersuka, dan layak untuk merelakan semua harta yang kupunya untuk merasakan ini semua. terima kasih telah memberikanku kehidupan sebahagia ini. terima kasih untuk menjagaku tetap Islam. Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin.

Monday, November 21, 2005

Nikmatnya (Teman) di Rumah

Bangun tidur mencoba menyambangi masjid, berbincang dengan anak-anak muda yang jauh meninggalkan rumahnya dan memutuskan untuk mengurus masjid itu, sebuah masjid di depan rumah, wakaf dari kakekku. Ahh mereka yang dari jauh saja mau untuk memakmurkan rumah Allah ini, tetapi aku yang dibesarkan disana, jarang sekali ruku' dan sujud di dalamnya. Mencoba berbincang dengan anak-anak muda yang mungkin menurut kebanyakan orang adalah penganut Islam garis keras, namun saat berbincang tentang terorisme, mereka jelas menganggap hal itu haram hukumnya. Bahkan untuk mendemo pemimpin yang muslim pun haram hukumnya. Jika punya kuasa, ingatkan kesalahan para pemimpin itu melalui cara yang lembut dan sopan, dan jika tidak bisa maka bersabarlah.
Ketemu A'an yang ternyata udah punya istri, dan Hendra dengan juniornya, mengingat masa kecil dulu, ternyata teman-teman waktu kecil sekarang semuanya udah menikah, dan aku masih jomblo juga. Ketemu Koko yang mulai sibuk dengan bisnis konveksinya. Juga beberapa sepupu yang memang sore itu pada berduyun-duyun ke masjid untuk bayar zakat fitri. Pada ngajakin maen basket, wah ndribel aja kayaknya udah gak bisa deh.
---+++---
Sempat maen ke tempat Dwi yang sibuk mengurus tangis Aisyah, juga Andi yang tak sabar menjemput mbak Yuli untuk meneruskan bulan madu yang sempat terhenti. Setelah lebaran, sempat maen ke rumah Rifki, alhamdulillah, dia makin baik aja. Trus ketemu Ervin, Godril, Babe dan Birin. Semuanya ngumpul di rumah Soni. Trus pada ngumpul juga di rumahku, wah kedatangan tamu jauh dari Malinau (Akhid), juga Adi, Bambang dan Rizky "bulus" Rahmatama. Juga maen ke tempat Ary Kus, yang ranking satu terus-menerus di SMA dulu, dia juga udah punya anak. Sayang gak sempat nengok Dian yang sakit dan Tyas yang juga baru punya momongan.
---+++---
Enaknya bisa ngobrol hal-hal di luar pekerjaan dan rutinitas keseharian. Enaknya ketemu teman-teman di rumah, memang masa lalu walaupun kadang pahit, selalu menyeret kita untuk mengenangnya. Membawa tawa, sedih, bahagia, malu, haru dan tangis yang bagaikan tukang ukir, membentuk jati diri kita menjadi yang sekarang ini. Mengenang masa lalu, mungkin mampu membantu kita untuk memahami, kenapa kita seperti sekarang ini.
Sebelum balik ke jakarta, aku sempat memainkan gitar pecah dengan satu senar yang sudah putus. Gitar yang meskipun udah reot, tapi menyumbang banyak hal kepada hidupku. Dan saat Teluk Tomini hampir selesai kulantunkan, satu senar putus lagi. Seperti teman, kadang tidak bisa memberikan yang terbaik sesuai harapan kita, tapi mereka mau menemani dan menyenangkan kita.

Tuesday, November 08, 2005

Nikmatnya di rumah

Baru hari ini bisa posting, soalnya di kampung sana, bakalan gak bisa nemuin akses untuk maen internet, tapi asyik juga menikmati dunia yang sedikit jauh dari tehnologi. Sebenarnya postingan ini udah kutulis waktu masih di kampung, ya berhubung baru sekarang ada fasilitas, maka sekaranglah saatnya posting.
Nyampe di rumah waktu itu pas adzan subuh, sekalian ikut sholat di mesjid depan rumah. Selepas itu aku sempatkan untuk menikmati mentari terbit, namun sayang, di sebelah timur sana sudah banyak pohon tinggi dan rumah-rumah. Sawah-sawah udah banyak hilang diganti pohon sengon, atau pohon buah-buahan yang gak butuh banyak air, maklum nyari air susah banget sekarang ini. Walau gak bisa memandang sunrise dengan leluasa, aku bisa menikmati cakrawala barat yang dihiasi oleh hamparan sawah kering, hutan, dan jajaran gunung sumbing, slamet dan pegunungan perahu. Di selatan nampak perkasa gunung ungaran dalam balutan kabut tipis. Tidak cukup biru memang, tapi cukup menyenangkan untuk dipandangi. Beberapa burung bangau, nampak beterbangan, walaupun bukan saat tanam padi (biasanya saat tanam padi banyak banget burung bangau yang berkeliaran di sawah untuk memakan anak katak).
Hamparan bunga tanaman putri malu yang berwarna merah keunguan menghiasi pematang sawah. Entah kenapa tanaman putri malu begitu merajalela. Mungkin karena musim kemarau sehingga pak tani memang tidak sedang menggarap sawahnya, ya akibatnya sawah tak terurus dan tumbuh suburlah si putri malu. Jadi teringat waktu kecil, saling adu kemahiran untuk dapat memetik daun putri malu tanpa harus membuat daun tanaman itu menguncup, jelas secara ilmiah gak mungkin dilakukan, tapi ada juga yang bisa, kok bisa ya? Hehehe kadang alam memang berbeda pendapat dengan ilmu pengetahuan.
Walapun udah pagi tapi masih kudengar suara jangkrik. Sebenarnya paling asyik klo suara jangkrik itu diiringi suara katak, tapi sedang gak musim tanam, susah banget ndengar "kodok ngorek yang teot teblung itu". Ya cukuplah suara jangkrik di pagi hari menemaniku. Dulu aku suka ngadu jangrik, jenisnya jrabang (yang agak kemerahan warnanya) atau jaliteng (yang hitam). Gak boleh ngadu jangkrik yang mempunyai ekor berbentuk jarum, aku gak tahu sebabnya. Tapi sebenarnya gak boleh ngadu jangkrik jenis apapun, kata orang tua dulu, kalo kita ngadu jangkrik, ntar di neraka giliran kita yang diadu oleh jangkrik. Wah kasian jangkriknya, ikut ke neraka juga hehehe.
Dulu aku sering memikmati pemandangan di tempat ini, terutama saat sedang resah dan mencoba mencari jawaban akan permasalahan yang sedang aku hadapi, kadang juga tempat untuk iseng-iseng bikin lagu atau menjadi tempat belajar yang paling representatif karena bebas dari gangguan. Walaupun gak cukup sempurna, tapi tetap luar biasa.
Udah puas nikmatin pemandangan, mata jadi pengin merem, yaaah penyakit...molor deh ampe adzan dzuhur mengumandang.